Minggu, 14 Januari 2018

pengertian, ciri-ciri, contoh CERPEN


A.   Cerpen
Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh saja.

Cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja.

B.   Pengertian cerpen
Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Maksud dari cerita pendek disini adalah ceritanya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata atau kurang dari 10 (sepuluh) halaman. Cerpen biasanya hanya memberikan kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri pada satu tokoh dan satu situasi saja. Cerpen adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang kehidupan manusia lewat tulisan pendek. cerpen juga bisa disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja. Menurut pendapat beberapa ahli cerpen dapat diartikan sebagai berikut.



C.    Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli
Berikut pendapat para ahli mengenai penjelasan tentang cerpen.
Sumardjo dan Saini
Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat.
Menurut KBBI
Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.
Nugroho Notosusanto dalam Tarigan
Cerpen atau cerita pendek yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000 kata atau perkiraan hanya 17 hlm kuarto spasi rangkap serta terpusat pada dirinya sendiri.
Hendy dan H. B. Jassin
Cerpen ialah suatu karangan yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tungal. Menurut pendapat H. B. Jassin, cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian.
Aoh. K.H
Cerpen merupakan salah satu karangan fiksi yang biasa disebut juga dengan kisahan prosa pendek.
J.S. Badudu
Cerpen merupakan cerita yang hanya menjurus serta terfokus pada satu peristiwa saja. Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431).

Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176)
mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Menurut menurut, H.B. Jassin Sang Paus Sastra Indonesiamengatakan bahwa: yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, & penyelesaian.
Sedangkan menurut, A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa: yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500 – 20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, & adanya satu kesan.
Dan menurut, Aoh. KH, mendefinisikan bahwa: cerpen adalah salah satu ragam fiksi / cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
D.   Ciri-Ciri Cerpen
  1. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel
  2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata
  3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari
  4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
  5. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada tahap penyelesainnya.
  6. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca.
  7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
  8. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
  9. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
  10. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat

E.    Contoh cerpen
Cerpen persahabatan
Hari ini hujan deras datang seharian lamanya. Aku melihat keluar jendela dan menyaksikan genangan air mulai terbentuk dengan cukup tinggi. Kulihat Ayah dan Ibu sudah mulai membereskan barang-baran dan mengangkatnya satu sama lain dengan posisi menumpuk. Hal ini sudah biasa terjadi di lingkungan tempat tinggalku. Setiap hujan datang, kami sudah tahu untuk mempersiapkan diri dari datangnya banjir.


Sesekali Ayah juga ikut memeriksa ketinggian air di luar rumah melalui jendela. Kemudian ayah berkata “Bahaya ini. Jika hujan masih terus deras seperti ini, sebentar lagi pasti air masuk ke dalam rumah." Aku melihat wajah Ayah yang lebih khawatir dari biasanya. Perasaanku menjadi tidak tenang. Aku memutuskan untuk ikut membantu Ibu membereskan barang-barang untuk menghindari resiko terendam banjir.
Setengah jam kemudian, aku mulai merasakan air mulau menggenang di lantai rumah. “Air sudah masuk, Bu" ucapku pada Ibu. Ibu memandangku dengan sorot mata yang sama khawatirnya. Sepertinya banjir kali ini akan lebih parah dari biasanya. Tentu alasannya tidak lepas dari kebiasaan buruk membuang sampah sembarang ke kali dekat rumah yang masih dilakukan oleh banyak warga.

Ibu pun memanggil Ayah karena air yang masuk ke dalam rumah sudah semakin tinggi dan telah mencapai setinggi lututku. “Ayah airnya semakin cepat masuk. Lebih baik kita segera mengungsi," saran Ibu. Kemudian Ayah pun mengangguk setuju, “Iya Bu, lebih baik kita segera mengungsi dan membawa beberapa barang penting terlebih dahulu."

Ayah, Ibu, dan aku pun kembali bersiap-siap memilih beberapa barang penting untuk di bawa ke tempat pengungsian yang biasanya sudah disediakan di musim-musim banjir seperti ini. Kami pun akhirnya meninggalkan rumah kami yang semakin lama terus semakin tinggi air masuk ke dalamnya. Sesampainya di pengungsian, ternyata sudah banyak keluarga lain yang juga memutuskan meninggalkan rumahnya karena banjir kali ini sepertinya akan lebih parah ketinggian airnya dibandingkan sebelumnya.
Selama di pengungsian hujan pun tidak kunjung berhenti. Aku pun diminta meliburkan diri dari sekolah oleh Ayah dan Ibu karena sebagian besar buku dan pakaian seragam pun tidak ada yang kami bawa ke pengungsian. Tidak ada yang menyangka hujan deras terus mengguyur daerah rumah kami hingga 3 hari setelahnya.

Hari keempat setelah hujan berhenti, kami kembali ke rumah. Kondisi rumah sudah sangat berantakan dan banyak dari barang-barang kami yang rusak serta hanyut terbawa air. Ayah memandang ke arah aku dan Ibu lalu mengatakan “Hujan sudah berhenti, sekarang saatnya kita kembali membersihkan rumah kita. Kalian mau membantu Ayah bersih-bersih kan?" Aku dan Ibu serentak menjawab dengan anggukan.

Ibu pun memanggil Ayah karena air yang masuk ke dalam rumah sudah semakin tinggi dan telah mencapai setinggi lututku. “Ayah airnya semakin cepat masuk. Lebih baik kita segera mengungsi," saran Ibu. Kemudian Ayah pun mengangguk setuju, “Iya Bu, lebih baik kita segera mengungsi dan membawa beberapa barang penting terlebih dahulu."

Ayah, Ibu, dan aku pun kembali bersiap-siap memilih beberapa barang penting untuk di bawa ke tempat pengungsian yang biasanya sudah disediakan di musim-musim banjir seperti ini. Kami pun akhirnya meninggalkan rumah kami yang semakin lama terus semakin tinggi air masuk ke dalamnya. Sesampainya di pengungsian, ternyata sudah banyak keluarga lain yang juga memutuskan meninggalkan rumahnya karena banjir kali ini sepertinya akan lebih parah ketinggian airnya dibandingkan sebelumnya.

Selama di pengungsian hujan pun tidak kunjung berhenti. Aku pun diminta meliburkan diri dari sekolah oleh Ayah dan Ibu karena sebagian besar buku dan pakaian seragam pun tidak ada yang kami bawa ke pengungsian. Tidak ada yang menyangka hujan deras terus mengguyur daerah rumah kami hingga 3 hari setelahnya.

Hari keempat setelah hujan berhenti, kami kembali ke rumah. Kondisi rumah sudah sangat berantakan dan banyak dari barang-barang kami yang rusak serta hanyut terbawa air. Ayah memandang ke arah aku dan Ibu lalu mengatakan “Hujan sudah berhenti, sekarang saatnya kita kembali membersihkan rumah kita. Kalian mau membantu Ayah bersih-bersih kan?" Aku dan Ibu serentak menjawab dengan anggukan.
Saat kami sedang bersih-bersih terdengar salam dari luar rumah “Assalamualaikum." Aku pergi ke depan rumah dan menemukan sahabat-sahabatku di sekolah. Ternyata mereka datang untuk menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah selama 3 hari terakhir. Aku pun menjelaskan mengenai banjir mendadak yang melanda lingkungan tempat tinggalku.

Melihat aku, Ibu, dan Ayah yang sedang bersih-bersih mereka pun menawarkan diri untuk membantu kami. Teman-teman sekolahku membantu hingga rumah kembali bersih dan kemudian menghabiskan waktu bersamaku untuk menginformasikan pelajaran-pelajaran yang aku lewatkan selama tidak masuk. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Sahabat yang ada di kala aku susah dan tidak ragu mengulurkan bantuan di masa sulitku.






Cerpen ibu
Pagi ini Risa berangkat ke sekolah dengan semangat. Sebelum berangkat tidak lupa iya pamit pada Ayahnya yang sedang membaca Koran di depan teras, “Yah Risa pergi sekolah dulu ya. Hari ini hari terakhir di sekolah sebelum kelulusan minggu depan."

Ayah membalas pamitan Risa dengan senyuman, dan menjawab, “Ya sudah hati-hati ya Nak. Jangan pulang terlalu lama, hari ini ada tamu mau bertemu dengan mu." Risa penasaran siapa tamu yang dimaksud Ayah, “Siapa yang mau datang Yah?" Ayah tidak menjawab dan malah menyuruh Risa untuk segera berangkat sekolah dan mengingatkan kembali agar jangan pulang terlalu lama.

Selama di sekolah Risa penasaran siapa tamu yang Ayah maksud. Itulah sebabnya setelah semua urusan di sekolah selesai, Risa segera menuju ke rumah dengan hati bertanya-tanya siapakah tamu yang ingin menemuiku.

Sesampainya di rumah, Risa langsung disapa oleh seorang wanita. “Halo Risa, perkenalkan nama tante Mia. Tante adalah teman Ayah kamu." Risa perlahan-lahan mencerna siapa dan untuk apa Tante Mia datang ke rumahnya. Apakah tante Mia ini tamu yang dimaksud oleh Ayah.
Risa kemudian menyapa kembali tante Mia dengan “Halo tante, aku Risa. Ayah ada di mana ya tante?" Tante Mia menjawab, “Ayah kamu sedang di belakang membantu tante menyiapkan makan siang. Kami sudah menunggu Risa sejak tadi."

Aku kemudian beranjak menuju meja makan dan akhirnya bertemu dengan Ayah. Ayah memeluknya lalu kembali memperkenalkan tante Mia lagi. “Risa, ini tante Mia teman Ayah." Risa hanya menganggukan kepala sekali lagi dan kembali memikirkan apa maksud Ayah memperkenalkan tante Mia padanya.

Apakah Ayah ingin menggantikan posisi Ibu dengan Tante Mia? Memikirkan hal tersebut aku seketika menjadi sedih dan tidak bersemangat. Aku tidak mungkin mengecewakan Ayah dengan tidak ikut makan siang bersama. Tapi aku merasakan perasaan yang sangat sedih ketika memikirkan apakah benar Ayah ingin menggantikan posisi Ibu dengan orang lain.

Tidak lama selesai makan siang, tante Mia kemudian pamit pulang. Ayah mengantarkannya ke luar dan aku mengunci diriku di kamar. Setelah beberapa saat, Ayah menghampiri pintu kamarku. Ayah mengetuk pintu beberapa kali, namun aku tidak ingin berbicara dengan Ayah dahulu. Aku masih belum mengerti kenapa harus ada orang lain yang menggantikan posisi ibu.

Tanpa aku sadari Ayah mengajakku berbicara dari balik pintu. Ayah berkata, “Risa, Ayah tahu kamu pasti kaget dengan kedatangan tante Mia hari ini. Tapi Ayah ingin kamu tahu kalau tante Mia itu baik dan Ayah ingin tante Mia membantu Ayah menjaga dan membesarkan kamu."

Aku menangis mendengar pengakuan Ayah. Aku pun menjawab Ayah sambil menangis, “Tapi Risa tidak mau siapapun menggantikan Ibu, yah." Ibu memang sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu, tepat saat aku berumur 12 tahun. Saat itu aku dan ayah sangat terpukul dengan kematian ibu. Aku tidak pernah menyangka bahwa ayah akan secepat ini mencari pengganti ibu.

“Tante Mia tidak menggantikan Ibu, Nak. Tante Mia ada untuk membantu membesarkan kamu. Banyak hal yang tidak ayah ketahui dalam membesarkan kamu menjadi seorang wanita dewasa. Ayah harap kamu bisa mengerti nak." Ucap ayah lagi kali ini. Akupun menyadari ada banyak hal yang harus aku mepertimbangkan. Ayah sudah bersusah payah selama tiga tahun terakhir bekerja sekaligus membesarkanku sendirian. Aku harus mengerti ayah dan aku pun membuka pintu kamarku.

“Ayah aku mengerti perasaan Ayah. Jika memang tante Mia adalah pilihan terbaik untuk Ayah, Risa tidak akan menolaknya. Risa tahu Ibu juga bahagia ketika Ayah bahagia dan Risa bahagia." Aku memeluk ayah sambil menangis. Aku yakin Ibu mengerti dan tidak akan merasa tergantikan. Ibu tetap anda di hati kami. Ibu tetap hidup di hati kami. Aku dan Ayah sayang Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar